Pengelolanya Rajin Sedekah dan Anti Syirik, Rumah Makan Minang ini Sekarang Punya 57 Cabang
Macam-macam cara orang untuk mendongkrak kemajuan usaha. Ada
cara yang baik, ada yang buruk. Yang buruk adalah cara jalan pintas semisal
memakai jalan syirik. Tapi sangat berbeda bila
mengambil jalan baik, justru ibadahlah yang diperbanyak dalam berusaha. RM
Putra Minang membuktikan, kesuksesan besar bisa diraih dengan cara baik ini.
Kebetulan penulis mengenal salah satu pengurus rumah makan
Putra Minang yang punya cabang di Ulu Jami, Pesanggrahan, Tangerang. Panggilannya Ajo
Buyuang. Dari Ajo Buyuang, kisah sukses itu meluncur lancar. “Kami berdiri
sekitar tahun 90-an. Perintisnya mamak kami, Haji Kenek. 3 tahun berjalan,
alhamdulillah beliau sukses mengokohkan pondasi usaha,” katanya. Di tahun 2000,
RM Putra Minang berhasil membuka 10 cabang.
Tentu saja resiko tetap ada, cobaan tetap datang. Tapi
prinsip dasar tetap dipegang Haji Kenek. “Biar bagaimanapun, mamak kami tetap
bertahan pada prinsip untuk tidak memakai cara-cara syirik pakai jasa dukun agar orang datang ke rumah makan. Itu bukan cara rumah makan minang
sesungguhnya,” katanya.
Alih-alih percaya pada hal-hal yang berkaitan dengan
permintaan bantuan selain pada tuhan, Haji Kenek malah sibuk mengirim sedekah
ke kampung halaman. “Beliau selalu ajarkan ke kami, bahwa memberi itu harus
ikhlas. Harus yang terbaik. Biar sedkit yang penting tulus dan berkualitas,”
kata Ajo Buyuang yang asli Limpato, Sungai Saghiak, Piaman ini. Prinsip ini sangat berkesesuaian dengan
nilai dakwah ulama kenamaan Piaman, Ungku Saliah. Dimana, sedekah sesungguhnya
adalah pemanggil rezeki yang lebih besar. Jadi, tak ada kata rugi bila berani
menggelontorkan kekayaan pada kemaslahatan sesama.
Prinsip luar biasa lainnya adalah pantang mamakuak. Istilah
mamakuak ini adalah dimana pemilik rumah makan mengenakan harga sesuka hati saja pada
pelanggan. “Itu pantang sekali bagi kami. Harga tetap sesuai dengan pasaran
sesungguhnya. Tidak ada istilah tiba-tiba mamakuak pelanggan. Itu pantang bagi
mamak kami. Beliau pasti marah kalau kami coba-coba. Makanya kami disiplin soal
harga,” sebut Ajo Buyuang.
Soal pelayanan juga tidak luput dari perhatian. Seperti
pepatah orang Piaman “ketek juadah, gadang juadah juo,” artinya, besar atau
kecil siapapun itu yang menghantarkan reseki kepada kita, harus kita sambut
dengan baik. Pelanggan kaya atau miskin, pejabat atau orang biasa, profesor
atau mahasiswa, harus disambut dengan hangat.
Begitulah RM Putra Minang yang terkenal itu menjalani usaha.
Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Bahwa, dalam
berbisnis, berkah lebih utama ketimbang keuntungan semata. Allah itu maha kaya,
maka meminta haruslah pada-Nya. (Ajo Wayoik)
Ma syaa Allah, semoga bnyk pedagang yg mencontoh beliau.
ReplyDeleteAkan makmur negeri ini jika mengamalkan al quran&hadis
Ma syaa Allah, semoga bnyk pedagang yg mencontoh beliau.
ReplyDeleteAkan makmur negeri ini jika mengamalkan al quran&hadis
Mantap barakallah semoga Allah memberkahi akan rizkinya
ReplyDeleteMantap barakallah semoga Allah memberkahi akan rizkinya
ReplyDeleteOrang kampung saya ini
ReplyDeleteMasya Allah
DeleteMasya Allah Semoga dengan selalu memegang prinsip yg Benar akan selalu dihujani barokah dari Allah Ta'alla yg maha Kaya ..... Aamiin yaarobbalalamiin.
ReplyDeleteAllah sebaik-baik pemberi rezeki.
ReplyDelete