Meski Ayah Tak Poligami, Anak Minang Tetap Punya Banyak Ibu


Meski Ayah Tak Poligami, Anak Minang Tetap Punya Banyak Ibu

Dalam adat Minang, posisi perempuan mendapat tempat yang teramat istimewa. Yang kentara dikenal orang sejagad raya adalah bahwa orang Minang menganut sistem kekerabatan berdasarkan garis keturunan ibu, atau matrilineal.

Ada satu hal tentang perempuan di Minang yang cukup unik. Bahwa mereka baik telah menikah maupun belum tetap akan punya kesempatan untuk dianggap sebagai ibu. Apabila anak dari kerabat perempuan mereka lahir, maka mereka otomatis turut menjadi induak (ibu) bagi anak itu. Mereka dihormati dan kata-katanya sangat didengar oleh si anak. Kasih sayang mereka pada anak kerabat itupun tak tanggung-tanggung. Tak sedikit yang bahkan hubungannya menyerupai ibu dan anak kandung sendiri.

Kenyataan ini adalah buah dari pola budaya orang Minang yang tak lepas dari peran perempuan yang di dalam adat menyerupai bumi; tempat manusia menyandarkan kehidupan. Makanya, pemanggilan terhadap ibu kandung kerap juga terdengar dipakai untuk memanggil kerabat-kerabat perempuan ibu. Ada andeh, one, amak, ibu dan lain sebagainya.

Otomatis, seorang anak Minang yang terlahir ke dunia sudah punya banyak ibu. Selain sebagai penghormatan, posisi peng-ibuan para kerabat perempuan ibu kandung ini juga untuk mengantisipasi manakala si ibu kandung dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Bila itu terjadi, maka para "ibu" yang lebih muda atau yang masih hidup akan mengambil alih secepatnya tanggung jawab ibu kandung yang telah mangkat tadi. Meski si anak sudah tak perlu diasuh lagi, tapi peran ibu akan selalu ada sepanjang hayat si anak. Ada kalanya ibu pengganti itu menjadi tempat berkeluh kesah, tempat mencari solusi, atau setidak-tidaknya tempat menumpahkan kasih sayang yang belum terbalaskan pada ibu kandung.

Selain para kerabat perempuan ibu kandung, juga ada pengibuan terhadap kerabat perempuan dari pihak ayah. Istilahnya induak bako, atau yang biasa disingkat bako saja. Peran mereka dan penghormatan terhadap mereka sama persis seperti kerabat perempuan ibu kandung tadi.

Begitulah beruntungnya menjadi anak Minang. Jadi, nikmat mana lagi yang akan didustakan anak-anak dari negeri permai ini? (Ajo Wayoik)

Comments